Empiris Analitis
Menurut De Groot bahwa proses pengembangan pengetahuan ilmiah sebagai proses stimulus-respons (S – R) antara manusia dan lingkungan, dalam hal ini terjadi interaksi antara manusia dengan ligkungan. Hubangan antara manusia dengan lingkungan beserta proses belajar yang berlangsung di dalamnya dinamakan “siklus empiris”. Siklus empiris berlangsung sebagai berikut: pada tahap awal “organisme” (O) berada dalam “situasi” (S1) tertentu. Organisme merasakan situasi itu dan memberi “reaksi” (R) tertentu terhadapnya. Reaksi itu terjadi dalam situasi bersangkutan yang merupakan ruang gerak (field of action) untuk organisme. Reaksi organisme adakalanya dapat menimbulkan perubahan situasi (dampak), dan adakalanya tidak (∆R). Akibatnya, situasi berubah, paling tidak menurut persepsi organisme itu sendiri (S1) menjadi (S1). Bagaimanapun juga, adanya reaksi itu organisme sudah merasa memperoleh “pengalaman” (O menjadi O).
Proses belajar yang berlangsung dalam siklus empiris digambarkan sebagai jalur hubungan antara sejumlah unsur tertentu. Hubungan itu bisa terjadi karena ada kegiatan tertentu, yaitu
Proses belajar yang berlangsung dalam siklus empiris digambarkan sebagai jalur hubungan antara sejumlah unsur tertentu. Hubungan itu bisa terjadi karena ada kegiatan tertentu, yaitu
(1) pengamatan,
(2) reaksi,
(3) dampak,
(4) penilaian.
Siklus empiris nonreflektif melalui tahap,
(1) pengamatan,
(2) reaksi, dan
(3) penilaian.
Sedangkan siklus empiris reflektif merupakan rangkaian kegiatan psikologi yang berlangsung dalam pikiran itu sendiri; melalui tahap,
(1) pengamatan,
(2) pendugaan,
(3) pengharapan,
(4) pengujian, dan
(5) penilaian.
Tipe-tipe kegiatan yang terdapat dalam interaksi antara organisme (manusia) dan lingkungan menurut siklus empiris, yaitu
(1) Kelakuan (behavior),
(2) Tindakan (action), dan
(3) penelitian (research). Masing-masing tipe kegiatan tersebut merupakan selingan khusus antara ciri-ciri yang dipakai sebagai dasar penggolongan empat tipe siklus empiris yang ada.
Tahap proses pengembangan pengetahuan ilmaiah sebagai berikut;
(1) Observasi, observasi lebih spesifik daripada pengamatan yang menyertai tindakan oleh karena dikerjakan dengan lebih sistematis;
(2) Induksi, merupakan dasar pembentukan hipotesis, yaitu melalui pengandaran (operations) menurunkan pernyataan umum dari prenyataan spesifik;
(3) Deduksi, merupakan kegiatan penelitian yang memungkinkan pengujian terhadap hipotesis yang telah dirumuskan;
(4) Pengujian, meliputi dua hal, pertama penentuan benar tidaknya hipotesis yang telah dirumuskan, kedua penentuan sejauh mana hasil yang diperoleh mendukung atau tidak dari mana ramalan hipotesis itu diturunkan;
(5) Evaluasi. Pertama adalah penentuan hasil pengujian untuk konteks yang lebih luas, yaitu teori dari mana hipotesis diturunkan dan keputusan praktis. Evaluasi meliputi unsur subjektif atau irasional sehingga bersifat interpretatif. Selain itu diharapkan bahwa melalui evaluasi dikembangkan hipotesis baru yang berguna untuk penelitian berikutnya.
Siklus empiris ini dapat dibedakan menurut siklus empiris makro dan mikro. Siklus empiris makro biasanya untuk mengembangkan teori yang bersifat abstrak, kompleks dan menyeluruh, dan selain itu dapat berlangsung dalam jangka waktu panjang. Siklus empiris makro mencakup serangkaian siklus empiris mikro yang lebih terbatas jangkauannya dan untuk sasaran yang lebih spesifik seperti misalnya pengujian satu hipotesis.
Pengetahuan ilmiah yang hendak dihasilkan ilmu pengetahuan semestinya memenuhi syyarat tertentu. Pertama, bersifat tegas (eksplisit) dan dapat dikomunikasikan kepada orang lain. Cara untuk memenuhi syarat ini adalah mengemukakan dalam bentuk bahasa yang persis dan dapat dimengerti oleh orang lain dengan arti yang sama. Kedua, pengetahuan ilmiah harus benar. Kriteria empiris untuk kebenaran pengetahuan ilmiah adalah kemungkinan mengadakan peramalan. Kalau saya tahu sesuatu maka saya bisa meramal sesuatu; kalau saya tidak bisa meramalkan apa-apa, maka saya tidak tahu apa-apa (De Groot, 1975:20).
Comments
Post a Comment